Kamis, 14 April 2011

Kepemimpinan Kepala Daerah Pada Era Kebijakan Otonomi Daerah

Suatu daerah dapat dikatakan otonom setelah melaksanakan kebijakan otonomi daerah jika secara nyata, daerah itu telah menjadi satuan masyarakat hukum, satuan ekonomi publik, satuan lingkungan budaya, satuan unit ruang lingkup yang siap diwariskan (lebensarum) dan daerah sebagai subsistem politik nasional. Pemahaman tujuan otonomi daerah ini sejalan dengan telah ditetapkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Ditegaskan dengan maksud dan tujuan pemberian otonomi daerah adalah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peranserta masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem NKRI. Artinya inti dari tujuan otonomi daerah adalah untuk memberdayakan daerah dan mensejahterakan rakyat. Jadi peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat menjadi semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam kerangka menjaga keutuhan negara kesatuan RI.
Untuk mencapai tujuan otonomi tersebut, maka penyelenggaraan otonomi daerah diharapkan dilandaskan pada empat belas (14) prinsip good governance yakni ; visioner, transparan, responsif, akuntabel, profesional dan kompeten, efisien, efektif, desentralisasi, demokratis, partisipatif, kemitraan dan supremasi hukum, komitmen pada pengurangan kesenjangan, komitmen pada tuntutan pasar, serta komitmen pada lingkungan hidup. Hal-hal akan terlaksana dengan baik tergantung siapa yang menjadi pemimpin di daerah atau Kepala Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota) selaku pengambil kebijakan dan keputusan. Sikap keteladanan dari para pemimpin sangat diperlukan. Sikap keteladanan seorang pemimpin tidak bisa diabaikan begitu saja. Kepemimpinan pada dasarnya adalah pemandu jalan dan membawa orang lain agar secara bersama-sama dapat berbuat sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemimpin.
Seorang pemimpin akan berhasil manakala dengan segala programnya, ia memberikan keteladanan kepada orang yang dipimpinnya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor keteladanan seorang pemimpin menjadi kunci keberhasilan seluruh kegiatannya. Seorang pemimpin akan berhasil jika ia berhasil menunjukkan keteladanan bagi orang yang dipimpinnya. Keteladanan berasal dari kata “teladan” yang oleh Buchari Zainun (1996), diartikan sebagai sikap yang baik untuk dicontoh. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teladan berarti model atau contoh yang baik. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan keteladanan adalah hal-hal baik yang ditampilkan seseorang yang dapat dijadikan contoh atau ditiru oleh setiap orang. Berkaitan dengan keteladanan dan komitmen ini, selanjutnya menurut Mulyani (1989), seorang pemimpin harus ;
1.      Memiliki rasa tanggung jawab
Pemimpin tidak haya saja asala perintah, akan tetapi harus ikut bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh anak buahnya. Saat terjadi kesalahan tindakan dalam suatu organisasi, ia sering kali menjadi tameng atau dikambing hitamkan. Kesalahan yang dilakukan bawahan menjadi tanggung jawab pemimpin karena sebelum melakukan sesuatu, bawahan harus mendapat arahan dari pemimpin.
2.      Mengesampingkan kepentingan pribadi
Pemimpin yang baik tidak boleh bekerja hanya untuk kepentingan pribadinya. Bahkan tidak jarang kepentingan pribadi itu harus dikorbankan untuk kepentingan organisasi yang dipimpinnya.
3.      Memiliki sikap melayani
Makin tinggi suatu jabatan seorang pemimpin, makin banyak pula orang yang harus dipimpinnya. Artinya, makin beragam pula kepentingan orang yang harus dipikir dan dilayaninya (intema/customer). Karena itu, seorang pemimpin yang baik harus memiliki sikap rendah hati serta jiwa melayani yang lebih baik.
4.      Memiliki kesetiaan yang tinggi
Jika seorang pemimpin mengharapkan loyalitas dari orang yang dipimpinnya, ia pun harus terlebih dahulu memiliki kesabaran dan kesetiaan untuk memimpin. Timbal balik kesetian antara pemimpin dan bawahan dapat diukur dari seberapa jauh mereka saling memberi dukungan saat keadaan baik ataupun buruk. Dukungan itu dapat berupa moral ataupun material.
5.      Mempunyai keseimbangan antara intuisi dan nalar
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki keseimbangan antara intuisi (perasaan) dan nalar (pikiran). Ini berarti, ia tidak memaksakan jalan pikirannya diterima oleh anak buahnya, namun ia juga harus mempertimbangkan pendapat mereka. Bila pendapat itu memang baik, ia tidak segan untuk menerimanya. Seorang pemimpin tidak harus menjadi superior. Pemimpin yang baik juga tidak bersifat kaku dan arogan, tetapi memiliki karakter yang mudah dibentuk dan mau diproses melalui lingkungan termasuk bawahannya. Jika seorang pemimpin melakukan kesalahan dia harus berani mengakui dan tanpa ragu meminta maaf walaupun harus mengorbankan harga dirinya.
6.      Menjadi motivator yang baik
Adakalanya seorang bawahan mengalami penurunan motivasi yang bisa mempengaruhi kinerjanya. Karena itu, seorang pemimpin yang baik harus bisa memotivasi dan meningkatkan kembali gairah dan optimisme anak buahnya. Bagi seorang pemimpin tidak ada istilah penurunan motivasi. Oleh karena itu, ia harus terus memotivasi bawahannya.
7.      Dapat bekerja sama dengan orang lain
Anak buah adalah rekan kerja dalam tim, bukan semata-mata sebagai bawahan. Seorang pemimpin tidak dapat bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain.
Sebagai pemimpin di daerahnya, Kepala Daerah tidak pernah terlepas dari berbagai masalah. Hampir disetiap kegiatan pemerintahan selalu timbul masalah. Kepala daerah harus dengan arif dan bijaksana dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang timbul sampai tuntas. Selain itu, pemimpin daerah juga dituntut untuk membuat perubahan di daerahnya. Hal ini merupakan kontribusi utama yang berpotensi sebagai pendukung keberlanjutan kedaulatan dan kepribadian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Didalam perubahan ini revitalisasi berkelanjutan wawasan nusantara sebagai geopolitik dan ketahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia. Pelaksanaan revitalisasi harus diiringi dengan pembangunan kepribadian bangsa Indonesia yang dilandasi oleh Bhineka Tunggal Ika dan nilai toleransi budaya. Untuk itu, tantangan yang dihadapi oleh paradigma nasional saat ini antisipasinya ke masa depan adalah membangun kepribadian bangsa, yang didalam hal ini diusulkan dalam sistem ketahanan nasional. Manajemen konflik juga menjadi hal yang terpenting sebagai bekal para pemimpin di daerah, karena pada saat ini hampir setiap hari selalu terjadi konflik antar masyarakat, tidak menutup kemungkinan mengacu kepada hal yang terburuk yaitu konflik SARA.
Sikap antisipasi kedepan yaitu keterbukaan (openess), merupakan sikap yang sangat diprlukan oleh seorang pemimpin untuk memperkuat kompetisi dengan mempertahankan jati diri bangsa dengan memanfaatkan peluang yang timbul, dan menolak akses negatif yang dapat mengganggu ketahanan dan keutuhan wilayahnya. Menurut Ronald Heifetz dan Laure (1998), kepemimpinan masa depan adalah seorang pemimpin yang adaptif terhadap tantangan, peraturan yang menekan, memerhatikan disiplin, memberikan pelbagai keberhasilan organisasi kepada karyawan/bawahan, dan menjaga kepemimpinannya. Dalam memimpin daerahnya, pemimpin harus mampu menyiapkan berbagai bentuk solusi dalam pemecahan tantangan masa depan. Sedangkan kaitannya dengan adaptasi terhadap perubahan, harus ditekankan pada pemanfaatan sumber daya manusia, selain diperlukannya pengembangan penyempurnaan peraturan-peraturan baru, dan pendekatan terhadap pekerjaan, dan mengantisipasi perubahan lingkungan strategis.
Berkenaan dengan hal tersebut, era baru kepemimpinan kepala daerah yang dapat dipandang cakap mengelola pengaruh dari globalisasi dan perubahan-perubahan yang ekstrim, adalah mereka yang memenuhi syarat dengan kriteria, antara lain ;
1.      Dapat dengan cepat merespons perubahan terhadap discontinuous.
2.      Mempunyai sifat fleksibelitas yang permanen.
3.      Dapat mengontrol visi dan misinya, serta nilai kinerjanya.
4.      Berkemampuan sharing informasi, kreatif, dan toleran.
5.      Proaktif, berjiwa wirausaha, koordinasi, dan penguasaan lingkunga.
6.      Hari esok harus lebih baik daripada hari ini.
7.      Aktivitas dilakukan secara efektiv dan efisien.
8.      Tidak cukup dengan hanya kemampuan intelektual, spritual, emosional, dan keuangan melainkan juga dibutuhkan modal kemampuan sosial.
Memang tidak mudah untuk menjadi pemimpin, khususnya pemimpin di daerah. Banyak kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik bukan hanya dimata masyarakat tetapi juga di mata Allah SWT. Kejujuran juga merupakan hal yang tidak kalah pentingnya selain keahlian dan kecakapan yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Takut akan dosa merupakan salah satu hal yang membatasi pemimpin di dalam bertindak, khususnya jika ia berbuat sesuatu yang sangat dilarang oleh agama. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) merupakan godaan yang sangat berat bagi para pemimpin pada saat ini. Memang sangat sulit bagi seorang manusia untuk tidak terlepas dari godaan tersebut. Sehingga harus benar-benar diperlukan akhlakul karimah yang baik, yang diselaraskan dengan kemampuan-kemampuan lainya seperti yang telah dijelaskan di atas sebelumnya untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Mudah-mudahan dengan hal tersebut akan dapat membawa perubahan besar pada daerah khususnya dan pada negara tercinta kita ini umumnya, amin.

Nabi Muhammad SAW Pemimpin Terhebat dan Terbaik Sepanjang Masa

Nabi Muhammad merupakan tokoh yang paling saya kagumi, dan sesuai dengan ajaran agama yang saya anut dan cintai yaitu islam. Muhammad merupaka sosok teladan dan contoh yang baik bagi semua umat manusia. Ia memiliki sifat-sifat yang sangat terpuji, sehingga ia diangkat sebagai wali Allah SWT dan sebagai Nabi/Rasul akhir jaman. Ia lahir pada Rabiul awal Tahun Gajah, yaitu sekitar tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Ibunda Muhammad meninggal ketika ia berumur 6 tahun, setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga dan tinggal bersama kakeknya, Abdul al-Muththalib. Tidak lama kemudian kakeknya juga meninggal, sehingga ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Saat tinggal bersama pamannya inilah ia mendapatkan tugas untuk menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan selalu menemani pamannya berdagang ke negeri Syam (Suriah, Libanon dan Palestina). Selain dengan kesibukannya berdagang, Muhammad juga mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Beliau sering menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Berkat keuletan dan kegigihannya, muhammad menjadi pedagang yang cuku terkenal, sehingga salah satu pedangan yang sangat terkenal yaitu Khadijah menjadi tertarik akan keahliannya didalam berdagang. Khadijah meminta Muhammad untuk membawa barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari biasanya. Khadijah yang berstatus janda itu sangat terpesona akan keuletan dan kegigihan Muhammad dalam berdagang dan akhirnya Muhammad juga jatuh cinta kepada Khadijah kemudian mereka menikah. Pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih memiliki kecantikan yang menawan. Perbedaan umur yang sangat jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi mereka, karena pada saat itu suku Quraisy memiliki adat dan budaya yang lebih menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda. Walaupun harta kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap sebagai orang yang memiliki gaya hidup sederhana, ia lebih memilih untuk mendistribusikan keuangannya kepada hal-hal yang lebih penting. Muhammad lebih sering menyisihkan sebagian dari hartanya untuk orang-orang yang kurang mampu. Ia selalu memperhatikan keadaan orang disekitarnya, ia tidak pernah tenang jika ada orang yang berada disekitarnya sedang menderita.
Pada saat Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang suku Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Sebelumnya telah terjadi perdebatan diantara suku-suku Quraisy tentang siapa yang berhak untuk meletakkan batu suci Hajar al-Aswad. Setiap kepala suku berniat untuk menjadi peletak batu suci tersebut sehingga hal ini menimbulkan polemik diantara mereka. Muhammad dengan arif dan bijaksana menjadi penengah dan pemecah masalah tersebut. Pada suatu hari ia mengumpulkan semua kepala suku yang berniat ingin meletakkan batu tersebut, setelah itu ia mengambil selembar kain besar dan meletakkan batu tersebut diatasnya. Kemudian ia menginstruksikan semua kepala suku untuk memegang setiap sudut kain dan mengangkat kain tersebut. Sungguh pintar dan cerdik Muhammad, dengan mudah ia telah memecahkan dan menyelesaikan masalah yang sangat rumit tersebut. Sejak saat itulah ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".
Muhammad  didalam kesehariannya hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang memiliki arti "yang benar". Pada masa itu bangsa Arab tidak memeluk agama kecuali penyembah berhala atau kita kenal dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Meskipun sebagian besar di Mekkah masih tidak mengenal Tuhan, tetapi ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Maha Kuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empat puluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.
Karena perilaku masyarakat yang masih belum mengenal pendidikan dan cenderung primitif, di Kota mekah pada saat itu sering terjadi kekerasan dan pertempuran, sehingga pada saat berumur 40 tatun, ia sering menyendiri ke Gua Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan yang sedang terjadi di daerahnya. Pada suatu malam ketika Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira, Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya(Al-Alaq 96: 1-5).
Kejadian itulah yang merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Setelah peristiwa yang terjadi di Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas Muhammad pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, karena ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia menceritakan pengalamannya kepada sang istri. Sebagai seorang istri yang baik, Khadijah berusaha menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui sejarah tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Namus al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya karena ia telah mengada-ada dan tanpa bukti yang jelas.
Secara berangsur-angsur wahyu turun kepadanya dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Quran (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama merupakan panduan dan cara hidup bagi "mereka yang menyerahkan diri kepada Allah", yaitu penganut agama Islam.
   Kurang lebih selama tiga tahun Muhammad hanya menyebarkan agama Islam terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Ketika memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, para penguasa-penguasa Mekkah pada saat itu memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan. Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Madinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam waktu yang sangat cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mekkah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.
   Muhammad merupakan orang yang pertama menaklukkan Kekaisaran Persia dan Romawi yang pada saat itu terkenal dengan kehebatan dan kekuatannya didalam pertempuran. Muhammad dengan kepemimpinan berhasil menyatukan seluruh arab yang pada saat itu sangat kecil jika dilihat dari kekuatan pasukan tempurnya. Suku-suku di Arab yang sebagian besar berasal dari suku Badawi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tetapi berkat kepemimpinan yang hebat dari Muhammad, orang pertama dalam sejarah serta berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu berhasil menjadi salah satu pasukan yang cukup kuat serta sangat ditakuti dan disegani oleh bangsa-bangsa lain.
   Dilihat dari jumlah dan ukuran, sudah terlihat jelas bahwa Arab tidak bakal mampu menghadapi musuh-musuh yang ada pada saat itu. Tetapi pada saat di medan pertempuran, pasukan Arab begitu membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat menaklukkan Mesopotamia, Siria, dan Palestina. Pada tahun 642 Mesir direbut dari genggaman Kekaisaran Byzantine, dan sementara itu bala tentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di Qadisiya tahun 637 dan di Nehavend tahun 642. Muhammad didalam kepemimpinannya juga memberikan kepercayaan dan pengetahuannya kepada para sahabat-sahabatnya. Hal itu dapat dilihat dari penaklukan besar-besaran di bawah pimpinan sahabat Nabi dan penggantinya Abu Bakar dan Umar ibn al-Khattab, pada tahun 711, pasukan Arab telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi Samudera Atlantik. Dari situ mereka membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visigothic di Spanyol, sungguh hal ini merupakan satu bukti keberhasilan Muhammad sebagai seorang pemimpin.
   Selama pertempuran, Muhammad selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ia selalu memberikan kesempatan untuk hidup bagi para tawanan, orang yang telah menyerah didalam peperangan. Sangat banyak sekali para musuh-musuh Muhammad yang telah sadar dan bertobat dengan menganut agama Islam. Hal tersebutlah yang membuat Muhammad menjadi orang yang sangat dipuji akan akhlak budi pekertinya. Berawal dari penaklukan-penaklukan itulah, kita ada saat ini merasakan dampak baiknya, yaitu penyebaran agama Islam di seluruh penjuru dunia, jutaan penganut Islam bertebaran di Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan dan India sebelah utara serta Indonesia. Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu setiap manusia.

Manusia hidup di dunia ini tidak ada yang abadi, begitu pula Muhammad. Meskipun ia adalah manusia pilihan Allah SWT, tetapi ia tidak terlepas dari kodrat sebagai manusia yaitu tetap akan menerima kematian. Hampir semasa hidupnya Muhammad berjuang demi Tuhan, agama, dan umatnya. Ia berjuang tanpa mengenal lelah dan letih, apapun ia korbankan demi kepentingan bersama. Sebelum menghabiskan sisa umurnya, Muhammad sempat menderita sakit dan tidak lama kemudian pada hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari, ia menghembuskan nafas terakhirnya. Seluruh umutnya sangat terpukul dengan kepergian pemimpin yang sangat dicintai ini. Tetapi semua pengorbanan dan perjuangannya tidaklah sia-sia begitu saja, ia berpesan kepada sahabat dan pengikut-pengikutnya untuk tetap berjuang sesuai dengan jalan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Mungkin disinilah dapat kita lihat bersama, bahwa Muhammad merupakan pemimpin yang terhebat dan terbaik sepanjang masa, buah hasil perjuangan-perjuangannya masih dapat kita nikmati sampai pada saat ini. Dan satu hal lagi, Nabi Muhammad merupakan pemimpin yang sukses bukan hanya dalam masalah duniawi tetapi juga pemimpin yang sukses untuk agama atau surgawi. Assyhaduallahillahaillaullah, waasyhaduannamuhammadarrasullah.